Humas PT DDP dan Ketua Ambo Bengkulu. Foto: Ist
Bengkulu, myelaeis.com - PT Daria Dharma Pratama (PT DDP), perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, secara tegas membantah isu yang mengaitkan perusahaan tersebut sebagai salah satu penyebab banjir bandang yang terjadi di Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh.
Klarifikasi tersebut disampaikan langsung oleh Humas PT Daria Dharma Pratama, Anton. Ia menegaskan bahwa tudingan tersebut tidak memiliki dasar fakta dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara logika maupun geografis.
“Tidak ada korelasinya PT DDP dengan bencana banjir yang terjadi di Medan, Padang, dan Aceh. Itu adalah isu liar yang tidak mendasar,” tegas Anton kepada awak media di Bengkulu, Sabtu 19 Desember 2025.
Menurut Anton, secara geografis PT Daria Dharma Pratama beroperasi di Provinsi Bengkulu, tepatnya di Kabupaten Mukomuko, yang tidak berada di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, maupun Aceh yang terdampak banjir.
“Secara logika orang awam saja sudah jelas tidak ada kaitannya. Lokasi operasional PT DDP itu sangat jelas dan terang benderang berada di Provinsi Bengkulu, bukan di tiga provinsi yang saat ini terdampak banjir bandang,” jelasnya.
Anton menyebut klarifikasi ini penting disampaikan karena narasi yang mengaitkan PT DDP dengan bencana banjir telah beredar luas di sejumlah media arus utama maupun media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Facebook.
Menurutnya, informasi tersebut berpotensi menyesatkan publik dan merusak citra perusahaan.
“Ini perlu kami luruskan agar tidak menjadi konsumsi publik yang menyesatkan dan membuat citra PT DDP menjadi buruk,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anton mempertanyakan proses pemberitaan yang beredar karena menurutnya tidak ada upaya konfirmasi dari pihak media atau pembuat konten kepada PT DDP sebelum narasi tersebut dipublikasikan.
“Tidak ada konfirmasi ke pihak perusahaan, baik melalui telepon, WhatsApp, email, atau cara lainnya. Tiba-tiba saja narasi itu muncul ke publik. Ini jelas merugikan pihak PT DDP,” pungkas Anton.
PT Daria Dharma Pratama juga mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar dan tidak mudah mempercayai isu-isu yang belum terverifikasi kebenarannya.
Sebelumnya, di media sosial beredar sejumlah narasi dan video yang menampilkan data beberapa perusahaan yang disebut-sebut sebagai penyebab banjir bandang di Sumatera Barat, Aceh, dan Medan. Narasi tersebut kemudian menyeret nama PT Daria Dharma Pratama.
Isu ini turut menjadi perhatian tokoh pers Bengkulu, Aurego Jaya, yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Media Bengkulu Online (AMBO).
Ia mengingatkan insan pers dan para kreator konten media sosial untuk menjunjung tinggi prinsip jurnalisme profesional, berimbang, dan beretika.
“Kami berharap rekan-rekan insan pers dapat menjalankan fungsi jurnalistik secara profesional dengan mengedepankan asas keberimbangan dan klarifikasi. Konfirmasi kepada pihak perusahaan sangat penting agar informasi yang disampaikan ke publik tidak menyesatkan dan merugikan pihak tertentu,” ujar Aurego.
Menurut Aurego, media memiliki peran strategis dalam menyajikan informasi yang edukatif dan mencerdaskan masyarakat, bukan justru memperkuat narasi yang belum jelas kebenarannya.
“Media seharusnya menjadi sarana edukasi, bukan pembentuk opini yang keliru,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan penggiat sosial sekaligus putra daerah Kabupaten Mukomuko, Arianto AMP. Ia menyayangkan adanya narasi liar dari sejumlah akun media sosial yang dinilainya terlalu vulgar dan sengaja menyudutkan PT Daria Dharma Pratama.
“Secara logika tidak masuk akal mengaitkan PT DDP sebagai penyebab banjir di Aceh, Medan, dan Sumbar. Selain jaraknya sangat jauh dari lokasi kejadian, PT DDP adalah perusahaan perkebunan, bukan perusahaan pemanfaatan hutan,” tegas Arianto.
Ia berharap media dapat menjadi mitra yang objektif dan bertanggung jawab dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
“Kita wajib prihatin dengan kondisi bencana saat ini, namun penulisan berita harus didasari fakta dan realita yang benar, bukan informasi yang menyesatkan,” pungkasnya.***






