https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Kalau Ada Pacet di Kebun, Itu Tanda Tanahnya Sehat, Kelembapannya Pas

Kalau Ada Pacet di Kebun, Itu Tanda Tanahnya Sehat, Kelembapannya Pas

Jakarta, myelaeis.com – Sebuah penjelasan dari akun TikTok Hijau Surya Biotechindo membalik cara pandang tentang keberadaan pacet di areal perkebunan sawit.

Dalam video edukatif yang tengah ramai, mereka menegaskan bahwa kehadiran pacet bukanlah tanda bahaya, melainkan indikator bahwa tanah di kebun sawit berada dalam kondisi sehat dan aktif.

Pacet hanya bisa hidup di tanah dengan kelembapan stabil sekitar 60–85%. Menariknya, rentang kelembapan ini adalah level yang juga sangat ideal untuk pertumbuhan akar kelapa sawit. 

Tanah dengan kondisi tersebut mampu menahan air cukup lama, menjaga suhu tetap stabil, dan memberikan ruang aerasi yang baik bagi akar.

“Kalau ada pacet di kebun, itu tandanya tanah kalian sehat. Kelembapannya pas,” jelas akun Hijau Surya Biotechindo.

Kelembapan stabil ini menandakan bahwa tanah tidak mengalami pemadatan berlebih. Pori-pori tanah tetap aktif sehingga air dapat tersimpan dan mengalir dengan baik, sementara oksigen tetap tersedia untuk menunjang metabolisme akar sawit.

Salah satu alasan pacet dianggap indikator tanah sehat adalah sifatnya yang sensitif. Hewan kecil ini tidak bisa hidup di tanah yang rusak, tercemar, terlalu panas, atau sering dibakar. Mereka hanya bertahan di lahan dengan ekosistem yang lengkap dan bahan organik yang cukup.

Pacet biasanya muncul di tanah yang kaya serasah, mengandung mulsa alami, dan dihuni mikroorganisme aktif seperti bakteri dekomposer dan cendawan. Tanah yang hidup seperti ini sangat menguntungkan bagi kelapa sawit karena menyediakan nutrisi yang mudah diserap akar.

“Kalau pacet nongkrong, itu tandanya mikroba baiknya rame,” ujar narator video tersebut.

Banyak petani mengira pacet dapat merusak akar atau batang sawit. Padahal, secara biologis pacet tidak punya kemampuan untuk memakan jaringan tanaman. Ia hanya mengisap darah hewan, seperti sapi, kambing, atau tikus hutan dan tidak menggantungkan hidupnya pada darah manusia.

Sekali makan, pacet bahkan bisa bertahan hidup berminggu-minggu.

Meski bermanfaat bagi ekosistem, pacet tetap bisa menempel di tubuh manusia. Untuk menghindarinya, cukup oleskan sabun, minyak kayu putih, atau minyak tanah pada sepatu. 

Jika pacet sudah menempel, jangan dicabut paksa. Gunakan garam atau air sabun agar pacet melepaskan diri sendiri tanpa melukai kulit.

Dalam videonya, Hijau Surya Biotechindo menyarankan petani menanam tanaman sela seperti pisang. Guguran daun pisang dapat berubah menjadi mulsa alami yang menjaga kelembapan, melindungi tanah dari panas, dan memperkaya bahan organik.

Untuk tanaman sela, mereka mengingatkan agar petani memilih bibit berlabel resmi agar tidak membawa penyakit atau menurunkan produktivitas lahan.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS