https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Wamenlu: Indonesia Butuh Kemitraan Global yang Adil Agar Industri Sawit Tetap Kuat

Wamenlu: Indonesia Butuh Kemitraan Global yang Adil Agar Industri Sawit Tetap Kuat

Wamenlu, Arif Havas Oegroseno. Foto: katadata.co.id

Nusa Dua, myelaeis.com - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Arif Havas Oegroseno, menegaskan Indonesia butuh kemitraan global yang adil untuk menjaga industri sawit tetap kuat di pasar internasional.

Saat berbicara di Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2025, Bali, Kamis (14/11), Wamenlu mengatakan tantangan bagi sawit Indonesia kini bukan hanya soal produksi, tapi juga gejolak politik dan ekonomi dunia. 

“Kebijakan ekonomi tidak lagi netral, tapi sering dijadikan alat politik atau tekanan bilateral. Ini membuat ketidakpastian geopolitik menjadi faktor penting dalam setiap keputusan bisnis,” jelasnya di depan peserta konferensi.

Arif menekankan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan pasar lama seperti Uni Eropa atau Amerika Serikat. Pemerintah kini sedang memperluas akses ke kawasan baru, seperti Amerika Latin dan Afrika, serta memperkuat kerja sama dengan India dan Timur Tengah. 

“Ekspansi ke Amerika Latin membuka peluang dagang hingga sekitar USD 500 miliar. Di Afrika, kami tengah menjajaki kemitraan perdagangan bebas dengan Afrika Selatan dan Nigeria,” katanya.

Selain diversifikasi pasar, Arif menyoroti pentingnya inovasi dan pengembangan hilir (downstream) dalam menjaga daya saing. 

Menurutnya, produksi tinggi saja tidak cukup. Industri sawit Indonesia harus efisien, punya integrasi hilir, dan reputasi keberlanjutan yang kuat.

“Keberlanjutan bukan hanya tuntutan, tapi kebutuhan. Dalam hukum internasional, ada tiga pilar: pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan. Ketiganya harus berjalan seimbang,” ujar Arif.

Soal regulasi Uni Eropa tentang deforestasi (EUDR), Arif menegaskan, penerapannya harus adil dan berbasis kemitraan, bukan diskriminatif. 

Salah satu langkah yang diusulkan adalah memperkuat Licensing Information Unit (LIU) sebagai pusat komunikasi resmi antara Indonesia dan Uni Eropa untuk memverifikasi legalitas, asal, dan keberlanjutan sawit. 

“Pengalaman kita dengan mekanisme FLEGT–VPA di sektor kehutanan bisa jadi acuan untuk implementasi EUDR,” tambahnya.

Di akhir sesi, Arif menekankan kesiapan Indonesia bekerja sama dengan semua mitra dagang dunia berdasarkan prinsip adil, setara, dan saling menghormati. 

Menurutnya, kolaborasi kuat antara pemerintah, pelaku bisnis, dan negara mitra akan semakin memperkokoh posisi sawit Indonesia di rantai pasok global.

“Industri sawit kita sudah punya sistem keberlanjutan yang kuat. Kini yang dibutuhkan adalah kemitraan global yang adil dan proporsional. Ini kunci menuju tata kelola perdagangan dunia yang lebih setara dan berkeadilan,” pungkas Arif Havas.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS