https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Bisnis

Ekonom Tanggapi GAPKI: Menurunkan Tarif Sawit 0 Persen dengan AS Bukan Perkara Mudah

Ekonom Tanggapi GAPKI: Menurunkan Tarif Sawit 0 Persen dengan AS Bukan Perkara Mudah

Ekonom Bidang Pertanian CORE Indonesia, Eliza Mardian. Foto: investor.id

Jakarta, myelaeis.com - Ekonom Bidang Pertanian CORE Indonesia, Eliza Mardian, mengingatkan bahwa menurunkan tarif hingga nol persen bukan perkara mudah. Negosiasi dengan AS selalu memiliki konsekuensi atau trade-off yang perlu diperhitungkan.

“Tarif 0 persen seperti Malaysia pasti ada yang dikorbankan. Dari pengalaman menurunkan tarif resiprokal dari 32 persen ke 19 persen saja, banyak hal yang harus dikompromikan, termasuk komitmen pembelian dengan nilai besar,” jelas Eliza. 

Ia menilai pasar AS relatif kecil dibandingkan potensi pasar global lain. “Lebih baik optimalkan pasar potensial daripada memaksakan tarif 0 persen di AS,” tambahnya.

Eliza juga menekankan strategi negosiasi harus berbasis data dan hati-hati. “Harus dipastikan kesepakatan tidak merugikan sektor lain di dalam negeri. Meski ekspor sawit naik, trade-off bisa menyasar sektor non-sawit,” ujar dia.

Sebelumnya  Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menegaskan peluang Indonesia untuk kembali mendapatkan tarif 0 persen ekspor sawit ke Amerika Serikat (AS) masih terbuka. 

Menurutnya, secara historis tarif impor sawit ke Negeri Paman Sam sempat berada di level nol persen, dan posisi Indonesia strategis untuk memenuhi kebutuhan industri pangan di sana.

“Dulu memang 0 persen. Indonesia cukup besar untuk sawit, sekitar 89,9 persen, dan mereka tidak bisa memproduksi sawit sendiri,” ujar Eddy, Kamis (31/10). 

Ia menambahkan, hubungan ekonomi Indonesia-AS selama ini saling menguntungkan karena tingginya permintaan sawit dari pasar Amerika.

Eddy menekankan pentingnya prinsip timbal balik (take and give) dalam negosiasi dagang. Beberapa komoditas, seperti impor kedelai dan pembelian pesawat Boeing, bisa menjadi bagian kesepakatan agar tercipta keseimbangan. 

“Ini masuk akal dan seharusnya bisa diperjuangkan untuk mencapai 0 persen lagi,” kata Eddy.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan pemerintah akan memulai negosiasi tarif impor sawit ke AS pada November 2025, pasca pertemuan APEC.

Indonesia menargetkan sejumlah komoditas strategis, termasuk sawit, kakao, dan karet, bisa memperoleh tarif 0 persen, setara dengan Malaysia.

Dengan peluang yang masih terbuka dan risiko trade-off yang perlu diperhitungkan, negosiasi tarif sawit ke AS menjadi sorotan utama bagi pemerintah dan pelaku industri sawit nasional.***
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS