https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Ragam

Pastikan Hak Perempuan dan Anak dalam Industri Sawit, GAPKI Luncurkan SIRA dan SARAMPUAN

Pastikan Hak Perempuan dan Anak dalam Industri Sawit, GAPKI Luncurkan SIRA dan SARAMPUAN

Ilustrasi perempuan dalam industri sawit. Foto: astra-agro.co.id

Kubu Raya, myelaeis.com - Sorotan terhadap isu-isu hak asasi manusia, pekerja anak, dan perlindungan perempuan tak bisa dihindari dalam konteks industri kelapa sawit, termasuk di Indonesia

Menjawab tantangan ini, GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) terus mendorong kolaborasi multipihak antara petani dan pengusaha untuk memastikan sawit berkelanjutan dan ramah manusia.

Sumarjono Saragih, Ketua Bidang Sumber Daya Manusia GAPKI, menegaskan pentingnya sinergi ini saat acara 5th Indonesia Palm Oil Smallholders Conference & Expo (IPOSC).

“Petani dan pengusaha punya kepentingan dan tanggung jawab yang sama dalam aspek manusia, memastikan nasib dan harkat jutaan orang yang hidup dari sawit,” ujar Sumarjono.

Petani sawit mengelola sekitar 42% kebun nasional, melibatkan lebih dari 2 juta keluarga. Sementara itu, jumlah pekerja perkebunan sawit diperkirakan mencapai 16 juta orang, termasuk perempuan yang menjadi kelompok rentan.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu pekerja anak dan hak perempuan mendapat perhatian serius dari pemerintah, NGO, serta pasar global.

Sebagai langkah konkret, GAPKI meluncurkan kampanye SIRA (Sawit Indonesia Ramah Anak) dan SARAMPUAN (Sawit Indonesia Ramah Pekerja Perempuan).

Program ini bertujuan memastikan anak-anak tetap mendapatkan hak bermain dan pendidikan, sementara perempuan mendapat perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi serta didorong untuk berpartisipasi secara setara di sektor sawit.

Kolaborasi GAPKI kini diperluas dengan melibatkan organisasi petani. Tujuh organisasi yang tergabung dalam POPSI (Perkumpulan Organisasi Petani Sawit Indonesia) menandatangani komitmen aksi bersama di IPOSC, Pontianak, 24 September 2025.

Petani diharapkan memahami dan menerapkan prinsip SIRA dan SARAMPUAN, mengadopsi praktik baik yang sudah dijalankan di perusahaan sawit besar.

Pendekatan ini menegaskan bahwa kehadiran anak di kebun bukan berarti mereka bekerja, melainkan bagian dari edukasi dan regenerasi petani. Hak-hak anak tetap dihormati, begitu juga perlindungan perempuan dijamin, termasuk akses yang adil dalam aktivitas produksi.

Dengan semua inisiatif ini, industri sawit Indonesia bukan sekadar berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga ramah anak dan perempuan. GAPKI menegaskan bahwa sawit bisa menjadi lokomotif pembangunan perdesaan, menciptakan peluang ekonomi sambil mendorong kesejahteraan manusia.

Langkah-langkah ini juga menjadi bagian dari upaya menuju visi Indonesia Emas, di mana pertumbuhan ekonomi selaras dengan penghormatan hak asasi manusia.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS