Berita > Inovasi
Mentan: Hilirisasi Bukan Hanya Soal Industri Besar, tapi Soal Kesejahteraan Petani dan Peluang Usaha Baru di Daerah

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Foto: agricom.id .
Jakarta, myelaeis.com - Pemerintah terus mempercepat hilirisasi Crude Palm Oil (CPO) sebagai bagian penting dari strategi memperkuat industri nasional.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan, hilirisasi sawit bukan sekadar meningkatkan ekspor produk olahan, tapi juga membuka peluang kerja baru, meningkatkan devisa, dan menyejahterakan petani.
Menurut Amran, sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia yang selama ini mendominasi pasar dunia. Namun, sebagian besar produk masih diekspor dalam bentuk bahan mentah.
“Khusus untuk sawit, yang dikuasai pemerintah, kita dorong hilirisasi dari tandan buah segar menjadi FAME atau biofuel, lalu menjadi minyak goreng, margarin, dan mentega. Nilai tambahnya harus ada di Indonesia,” ujarnya usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara
Ia menekankan, paradigma baru industri sawit harus beralih dari ekspor mentah menuju pengolahan di dalam negeri. Dengan konsistensi kebijakan hilirisasi, Indonesia bisa menjadi produsen utama produk turunan CPO — mulai dari biofuel, bahan pangan, hingga produk kosmetik dan farmasi.
“Kalau hilirisasi ini dijalankan terus, dampaknya luar biasa. Kita bisa membuka jutaan lapangan kerja, menekan kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan petani,” lanjutnya.
Langkah ini juga sejalan dengan visi kemandirian energi nasional. Pemerintah memperluas pemanfaatan FAME berbasis CPO sebagai bahan bakar nabati (biofuel), bagian dari transisi menuju energi bersih dan pengurangan impor bahan bakar fosil.
Selain sawit, hilirisasi juga digencarkan untuk komoditas lain seperti kelapa, kakao, mente, lada, dan gambir. Namun, Amran menegaskan bahwa CPO tetap menjadi penggerak utama karena kontribusinya yang besar terhadap ekspor dan ekonomi nasional. “Mimpi besar kita adalah seluruh bahan baku ekspor, termasuk CPO, diolah di dalam negeri,” katanya.
Ia memperkirakan nilai tambah dari pengolahan CPO dan komoditas perkebunan lain bisa mencapai lebih dari Rp1.200 triliun per tahun. Kebijakan ini juga diyakini mampu menggerakkan ekonomi daerah melalui pembangunan pabrik pengolahan di sentra-sentra produksi.
“Hilirisasi bukan hanya soal industri besar, tapi soal kesejahteraan petani dan peluang usaha baru di daerah,” tegas Amran.
Sebagai langkah nyata, Kementan menyiapkan anggaran Rp9,95 triliun untuk penyediaan benih dan bibit gratis bagi petani di lahan sekitar 800 ribu hektare. “Semua untuk petani dan gratis,” pungkasnya.***