https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Petani

Petani Ini Lebih Memilih Jengkol dari Sawit, Ini Kalkulasinya

Petani Ini Lebih Memilih Jengkol dari Sawit, Ini Kalkulasinya

Ilustrasi petani jengkol. Foto: Dok. Elaeis  

"Saya bisa menghasilkan hingga 20 ton jengkol setiap tahunnya."

PERTANYAAN mana yang lebih baik jengkol dibandingkan dengan kelapa sawit, dijawab sejumlah petani di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, dengan lebih memilih menanam jengkol. 

Hal ini didorong oleh potensi pendapatan yang jauh lebih tinggi dari hasil panen jengkol. Bahkan dalam setahun, tanaman jengkol mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 300 juta.

Salah seorang petani jengkol di Desa Talang Boseng, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Aswandi (38), menjelaskan alasan di balik pilihannya ini. 

Dia mengungkapkan bahwa tanaman jengkol membutuhkan perawatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelapa sawit, menjadikannya pilihan yang lebih menarik.

"Tanaman jengkol itu minim perawatan, kalau sawit harus diberi pupuk, tanaman jengkol tidak dan setiap tahun bisa panen dua kali," kata Aswandi, Senin (25/3).

Aswandi menyoroti, potensi hasil yang besar dari tanaman jengkol. Dengan luasan kebun hanya 1 hektar, ia mampu menanam hingga 200 batang jengkol. Dengan hasil panen rata-rata 50 kilogram per batang dan bisa dua kali panen dalam setahun. "Saya bisa menghasilkan hingga 20 ton jengkol setiap tahunnya," ujar Aswandi.

Melihat tren harga jengkol saat ini di pasar lokal, yang mencapai Rp 15 ribu per kilogram, dapat dipastikan bahwa pendapatan yang bisa diperoleh dari tanaman jengkol sangatlah menggiurkan. 

Dengan demikian, setiap tahunnya, petani seperti Aswandi bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 300 juta, memberikan kestabilan ekonomi yang jauh lebih baik.

"Dengan harga Rp 15 ribu per kilogram saja, saya bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 300 juta setiap tahunnya," tutur Aswandi.

Di sisi lain, jika melihat produksi kelapa sawit, hasilnya jauh lebih rendah. Dengan rata-rata produksi hanya sekitar 18 ton per tahun, atau sekitar 1,5 ton per hektar per bulan, keuntungan yang bisa didapat terbatas. 

Dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani sekitar Rp 2.000 per kilogram, pendapatan tahunan dari kelapa sawit hanya sekitar Rp 36 juta atau jauh di bawah pendapatan dari tanaman jengkol.

"Kalau dibandingkan kelapa sawit, tanaman jengkol jelas lebih menguntungkan, karena sawit setahun paling cuma Rp 36 juta per hektar," imbuhnya.

Pengamat Pertanian Bengkulu, Prof Zainal Muktamar SP MSi mengatakan, tren ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam preferensi petani di Bengkulu Tengah, yang lebih memilih opsi yang memberikan pendapatan lebih besar dengan usaha yang relatif lebih sedikit. 

Dengan potensi pendapatan yang tinggi dan perawatan yang minimal, tanaman jengkol menjadi pilihan yang lebih menarik bagi banyak petani di daerah ini.

"Tentu setiap petani punya preferensi yang berbeda-beda, ada yang menganggap jengkol menguntungkan, ada juga yang menganggap kelapa sawit lebih menguntungkan," ujar Zainal.

Meski begitu, Zainal mengaku, kemungkinan akan semakin banyak petani di Bengkulu Tengah yang akan beralih dari tanaman kelapa sawit ke jengkol, mengingat potensi pendapatan yang lebih tinggi yang ditawarkannya. 

Hal ini bisa menjadi perubahan signifikan dalam lanskap pertanian lokal dan juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi para petani di daerah tersebut.

"Mungkin saja bisa beralih atau dua-duanya jenis tanaman ini bisa ditanami oleh mereka dilahan yang berbeda, kita tahu, petani itu kadang punya kebun sawit, punya kebun jengkol, punya kebun padi," pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS