
Ilustrasi biodiesel berbasis sawit. Foto: gokomodo.com
Jakarta, myelaeis.com - Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Mohammad Alfansyah, mengungkapkan strategi pengelolaan dana perkebunan telah dijalankan sejak 2015 dengan fokus pada penguatan permintaan domestik.
Terutama melalui pemanfaatan sawit, strategi ini terbukti mampu menjaga stabilitas harga sekaligus memberi manfaat langsung bagi petani.
“Dengan menggunakan biodiesel berbasis sawit, kita berhasil menurunkan hingga 40 persen penggunaan energi fosil. Artinya, dalam setiap liter energi solar yang digunakan, 40 persennya berasal dari sawit. Ini bukan hanya soal energi, tapi juga soal kesejahteraan petani dan kedaulatan energi nasional,” tegas Alfansyah, Sabtu (13/9).
Tidak berhenti pada sawit, BPDP kini memperluas peranannya untuk mendorong pengembangan kelapa dan kakao.
Alfansyah menilai dua komoditas ini punya potensi besar yang bisa digarap bukan hanya oleh korporasi, tetapi juga masyarakat melalui usaha kecil dan menengah.
Produk turunan seperti minyak kelapa, gula kelapa, hingga olahan kakao bernilai ekspor diproyeksikan akan memperkuat daya saing ekonomi lokal dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.
“Visi BPDP adalah mengoptimalkan kelapa dan kakao dengan mendorong tumbuhnya industri kecil dan menengah di masyarakat. Dengan begitu, ekonomi lokal lebih berdaya dan peluang kerja meningkat,” ujarnya.
Melalui program pendampingan dan pembiayaan, masyarakat diberi akses membangun usaha turunan kelapa dan kakao. Contohnya, pembuatan minyak kelapa atau gula kelapa dalam skala rumah tangga yang ternyata memiliki prospek besar di pasar internasional.
Selain hilirisasi, BPDP juga menaruh perhatian pada penguatan sumber daya manusia (SDM) perkebunan. Regenerasi petani menjadi sorotan, mengingat sebagian besar pelaku perkebunan berusia lanjut.
“Kami tidak ingin sektor perkebunan hanya bergantung pada petani berusia 70 tahun. Karena itu, BPDP mengelola program pendidikan vokasi hingga sarjana untuk lebih dari 9.000 mahasiswa dengan jaminan keterhubungan ke dunia kerja,” jelas Alfansyah.
Dengan hadirnya tenaga kerja muda yang terampil, sektor perkebunan diharapkan lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar global dan mampu menghadirkan inovasi baru berbasis produk turunan.
Dalam konteks keberlanjutan, BPDP juga aktif mendanai riset dan pengembangan. Program ini mencakup penelitian, promosi, hingga penguatan regulasi ekspor. Tujuannya, memastikan perkebunan Indonesia tetap berdaya saing di tengah kampanye negatif yang kerap menyudutkan sawit.
“Kami sadar kampanye negatif terhadap sawit masih sering terjadi. Karena itu, BPDP punya peran penting untuk mengimbangi narasi global dengan fakta bahwa produk sawit kita adalah energi terbarukan yang berkelanjutan dan bernilai tinggi,” kata Alfansyah.
Hilirisasi perkebunan, dukungan energi terbarukan, serta penguatan SDM dan riset diyakini menjadi kombinasi yang tepat untuk mendorong ekonomi hijau. Dengan strategi ini, perkebunan tidak hanya bertahan menghadapi tantangan global, tetapi juga berkembang sebagai penopang kesejahteraan masyarakat.
“Keberlanjutan sektor perkebunan bukan hanya soal lingkungan, tapi juga sosial dan ekonomi. Hilirisasi dan inovasi harus berjalan seiring untuk menjadikan perkebunan Indonesia sebagai motor pertumbuhan nasional,” pungkas Alfansyah.***