
Ilustrasi penanganan karhutla. Foto: riau.go.id
Jakarta, myelaeis.com - Kabar menggembirakan datang dari sektor kehutanan. Yaitu, luas kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia sepanjang 2025 tercatat turun secara signifikan.
Hingga awal September, turunnya sekitar 11.000 hektar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini menjadi bukti bahwa kerja keras lintas sektor, khususnya peran Manggala Agni.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengumumkan capaian ini dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (9/9). Ia menyebut penurunan Karhutla bukanlah sekadar statistik, tetapi cerminan keberhasilan strategi pencegahan yang lebih matang.
“Penurunan ini adalah indikasi positif dari upaya bersama kita. Manggala Agni menjadi ujung tombak di lapangan, tetapi sinergi dengan TNI, Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat juga tak kalah penting,” ujar Raja Juli.
Data Kementerian Kehutanan menunjukkan, pada 2023 total Karhutla nasional mencapai 1,16 juta hektare. Angka itu sempat turun drastis pada 2024 menjadi 99.032 hektare, dan kini kembali menurun sekitar 11 ribu hektare di 2025. Jika tren ini berlanjut, Indonesia bisa mencatat salah satu periode teraman dari bencana Karhutla dalam satu dekade terakhir.
Kementerian menegaskan, capaian ini tidak datang tiba-tiba. Sejak awal tahun, patroli pencegahan digencarkan di titik-titik rawan, terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Edukasi masyarakat, pengawasan teknologi satelit, hingga sistem peringatan dini juga diperkuat.
Di balik layar, kerja berat Manggala Agni pantas mendapat apresiasi. Sebagai brigade pengendalian Karhutla, mereka bertugas bukan hanya memadamkan api, tapi juga melakukan mopping up, patroli sisa titik api agar tidak muncul kembali.
“Jadilah ujung tombak yang tangguh dalam upaya pencegahan dan pengendalian Karhutla di Indonesia,” tegas Raja Juli saat memimpin rapat koordinasi Satgas Percepatan Pengendalian Karhutla.
Selain operasi darat, Manggala Agni kini mengoperasikan helikopter untuk water bombing, sebuah strategi yang terbukti efektif menjangkau area terpencil.
Penurunan Karhutla hingga ribuan hektare ini disambut positif berbagai pihak. Para pemerhati lingkungan menilai, langkah konsisten pemerintah bisa menjadi pondasi bagi ekonomi hijau yang lebih berkelanjutan.
Dengan semakin sedikit hutan yang terbakar, ekosistem bisa pulih lebih cepat, emisi karbon dapat ditekan, dan kesehatan masyarakat di daerah rawan kabut asap juga terlindungi.
“Ini bukan garis akhir, tapi awal dari perjuangan panjang. Kita harus menjaga tren positif ini dengan komitmen berkelanjutan,” tambah Raja Juli.***