https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Inovasi

Program Biodiesel B40 Berisiko Mandeg dan Gagal Mencapai Target Nasional Bila...

Program Biodiesel B40 Berisiko Mandeg dan Gagal Mencapai Target Nasional Bila...

Ilustrasi biodiesel B40 dan lainnya. Foto: indonesia.go.id

Surabaya, myelaeis.com – Keberhasilan program biodiesel B40 sangat bergantung pada penguatan infrastruktur pengolahan dan distribusi minyak sawit. Tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, program ini berisiko mandeg dan gagal mencapai target nasional.

Demikian dikatakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Gigih Prihantono.

Menurut Gigih, pemerintah harus menyusun strategi yang terukur dan melakukan percepatan pembangunan fasilitas pengolahan serta jaringan distribusi agar bahan baku minyak sawit dapat dimanfaatkan secara optimal dalam program biodiesel.

“Fokus pada biodiesel masih mungkin dicapai asalkan pemerintah bekerja keras dan memperkuat infrastruktur pengolahan dan distribusi. Tanpa hal ini, program B40 berisiko tidak berjalan optimal,” ungkap Gigih dalam keterangan Humas Unair, Selasa (3/6).

Penguatan rantai pasok energi sawit menjadi perhatian utama agar proses distribusi tidak mengalami hambatan yang dapat mengganggu realisasi penggunaan biodiesel secara luas.

Selain itu, dukungan fiskal berupa subsidi dan insentif juga diperlukan meski produksi sawit sebagian besar berada di tangan sektor swasta.

“Tanpa subsidi langsung, produksi sawit tetap berjalan karena dikelola swasta. Namun, insentif dan subsidi menjadi penting untuk mendukung keberlanjutan program ini,” tambahnya.

Gigih juga menyampaikan bahwa biodiesel merupakan energi transisi yang sangat penting, namun bukan solusi jangka panjang bagi ketahanan energi nasional.

Oleh karena itu, perluasan pemanfaatan bioetanol dan sumber energi terbarukan lain harus menjadi bagian dari strategi nasional untuk memperkuat bauran energi yang lebih tangguh.

Program biodiesel sendiri bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil dengan mengoptimalkan potensi minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel. Namun tanpa dukungan infrastruktur yang kuat, target penggunaan biodiesel tersebut sulit tercapai.

Menurut Gigih, peran aktif pemerintah melalui kebijakan insentif fiskal dan pembangunan infrastruktur pengolahan serta distribusi menjadi kunci agar program biodiesel B40 dapat berjalan lancar.

Selain itu, kolaborasi erat antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi diperlukan untuk merumuskan strategi energi nasional yang efektif dan berkelanjutan.

“Fluktuasi harga sawit di pasar global juga menjadi tantangan besar sehingga diversifikasi energi terbarukan harus menjadi fokus utama dalam memperkuat ketahanan energi nasional,” pungkasnya.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS