https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Ditanya Bagaimana Perasaannya Berkuliah di AKPY, Fadli Ariansyah: Pokoknya Enak

Ditanya Bagaimana Perasaannya Berkuliah di AKPY, Fadli Ariansyah: Pokoknya Enak

Fadli Ariansyah saat menjalani praktek lapangan. Foto: Dok. Pribadi

"POKOKNYA enak," Fadli Ariansyah menjawab ringkas saat ditanya bagaimana perasaannya berkuliah di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Prodi Pembibitan Kelapa Sawit untuk program diploma satu (D1).

Fadli berkuliah di kampus yang berlokasi di Sleman, Provinsi Daerah Istinewa Yogyakarta, itu terhitung sejak September 2024 lalu. Ia lulusan seleksi penerimaan:peserta program beasiswa sawit tahun 2024.

Program beasiswa itu sendiri didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), yang belakangan berubah nama menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).

Tapi, ternyata jawaban pendek di awal itu mempunyai penjabaran rinci dan detail sekali. Fadli memulai dari tempat kos. "Pihak kampus yang mencarikannya," terang Fadli.

Selain layak secara fisik, menurut Fadli, jarak tempat kos dengan kampus sangat dekat, hanya sekitar 100 meter. "Kita tidak perlu keluar ongkos bila hendak ke kampus, bisa ditempuh dengan berjalan kaki," bebernya.

Fadli juga membanggakan kondisi kampus tempat ia berkulah. "Sangat representatif," ungkapnya. Bangunan yang berdiri megah itu dikelilingi pepohonan yang rindang.

"Apalagi kalau menyoal fasilitas belajar," tambahnya. Selain memiliki laboratorium dan perpustakaan, sambung Fadli, untuk belajar tatap muka dengan dosen tidak lagi menggunakan papan tulis. "Di kampus kami belajarnya pakai proyektor."

Faktor lain yang dibanggakan Fadli adalah para tenaga pengajar. "Mereka saya nilai sangat kompeten di bidangnya." Bisa dimaklumi karena sebagian besar tenaga pengajar di AKPY lulusan perguruan tinggi ternama. Bahkan beberapa orang di antaranya lulusan luar negeri.

Karena dari almamater terkemuka, Fadli mengklaim cara para tenaga pengajar dalam menyampaikan mata kuliah sangat mudah diterima.

Dijelaskan, antara tenaga pengajar dengan mahasiswa dibuat tidak ada jarak. "Seperti bersahabat," demikian Fadli mengilustrasikan. Tentu saja dengan tetap mentaati kaidah-kaidah yang ada.

Akumulasi dari semua kondisi di atas, menurut Fadli, membuat ia kerasan menjalani hari-hari sebagai mahasiswa AKPY. "Bahkan sangat betah,": tandasnya.

Apa karena saking betahnya berkuliah sampai lupa pulang kampung? "Tidak begitulah," sergahnya. "Kalau kita mudik, ya, pakai dana sendiri," sebutnya.

Sementara di luar itu, terutama yang menyangkut biaya perkuliahan dan biaya hidup, ditanggung oleh penyelenggara program. "Tidak perlu dipikirkan,'" demikian Fadli membahasakan.

Kalau toh sekali-sekali Fadli meminta asupan dana dari orangtuanya, bukan karena penyelenggara program mengabaikan tanggung jawabnya. "Hanya terkadang telat saja," ucapnya.

Punya Basis Sawit

Dilahirkan di Paya Rumbai, Kecamatan Siberida, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau, pada 1 Januari 2006, semula Fadli mengaku tidak kepingin untuk berkuliah.

"Saya mau jadi tentara saja," kenangnya. Sejumlah langkah untuk mewujudkan cita-citanya itu sudah ditapaki oleh Fadli. "Tapi baru sampai tahap registrasi," kenangnya.

Sementara pada saat hampir bersamaan, Fadli juga tertarik untuk ikut program beasiswa sawit yang didanai BPDPKS. Informasi soal program beasiswa sawit ini didapat Fadli dari mantan guru dan temannya.

Program beasiswa menarik bagi Fadli, antara lain karena kalau dinyatakan lulus, semua pembiayaan selama berkuliah menjadi tanggungan penyelenggara program, dalam hal ini BPDPKS.

Terlebih lagi, sambung Fadli, ada semacam jaminan akan mendapatkan pekerjaan setelah kelak menyelesaikan pendidikan. "Tawaran seperti ini yang paling menarik bagi saya," akunya.

Menurut Fadli, di tengah pasar kerja yang terus diramaikan oleh para pencari kerja, adanys program pendidikan yang menawarkan kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan, jelas sebuah peluang yang sayang kalau dilewatkan begitu saja.

Terlepas dari pertimbangan itu, menurut Fadli, ia bersama orangtua dan saudara-saudaranya juga menggantungkan sumber ekonomi dari kelapa sawit. "Bapak karyawan sebuah perusahaan sawit di Inhu," terangnya.

Paya Rumbai, desa tempat Fadlli lahir dan dibesarkan, merupakan sebuah perkampungan sawit. Sejauh-jauh mata memandang, menurut Fadli, yang tampak di desa tersebut hanyalah hamparan perkebunan kelapa sawit.

Pengenalan Fadli tentang sawit makin  intens setelah menduduki bangku sekolah menengah. Sebab, Fadli memilih bersekolah di SMK Negeri I Siberida, dan memilih Jurusan Agrobisnis Tanaman Perkebunan.

"Di SMK itu saya juga belajar tentang sawit," ungkapnya. Mulai dari sisi budidaya sampai tata kelola dan pemasaran. Fadli menyelesaikan pendidikannya di sekolah itu pada tahun 2024 lalu.

Berbekal sejumlah pertimbangan tersebut, ditambah dengan dukungan orangtua, Fadli selanjutnya memantapkan langkah untuk ikut seleksi penerimaan calon peserta program beasiswa sawit BPDPKS.

Karena dinyatakan sebagai calon peserta yang lulus, penyelenggara program kemudian menempatkan Fadli untuk berkuliah di AKPY, yang kampusnya berlokasi di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Dijadwalkan akan menyelesaikan pendidikan di AKPY tahun ini juga, Fadli merencanakan akan langsung terjun ke dunia kerja setelah tamat. "Saya tidak sabaran lagi untuk mempraktekan ilmu yang diperoleh di AKPY," ujarnya.***
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS