https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Mutia Azahari Mengaku Bangga Ditempatkan Berkuliah di AKPY, Ini Sederet Alasannya

Mutia Azahari Mengaku Bangga Ditempatkan Berkuliah di AKPY, Ini Sederet Alasannya

Mutia Azahari saat melakukan pemancangan tiang untuk pembibitan kelapa sawit waktu learning factory di Ungaran. Foto: Dok. Pribadi

MUTIA Azahari mengaku bangga dan senang ditempatkan berkuliah di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) program studi (Prodi) Pembibitan Kelapa Sawit untuk program diploma satu (S1).

Lulus tes masuk program itu tahun 2024, Tia --panggilan akrab Mutia Azahari-- mulai ditempatkan berkuliah di kampus tersebut terhitung sejak September 2024 yang lalu.

"Bangga dan senang banget," kata Tia melalui sambungan telepon, belum lama ini, saat ditanya komentarnya ditempatkan berkuliah di AKPY. "Jauh di atas yang saya bayangkan sebelumnya," tambah perempuan kelahiran tahun 2005 tersebut.

Ada sejumlah alasan yang membuat Tia kerasan berkuliah di kampus yang berlokasi di Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, itu. "Yang pasti, kami dibimbing oleh para tenaga pengajar yang memang kompeten di bidangnya," ungkap Tia.

Bisa dimaklumi, menurut Tia, karena sebagian besar tenaga pengajar di lembaga pendidikan tinggi itu merupakan alumnus sejumlah universitas terkemuka di negeri ini, antara lain Universitas Gajah Mada (UGM). "Tidak sedikit pula di antaranya yang lulusan luar negeri," sambungnya.

Pun dalam cara menyampaikan materi pelajaran --baik secara teori atau pun praktek--, menurut Tia, dipaparkan dengan cara-cara yang mudah dimengerti. "Kita dibuat untuk tidak pernah bosan," tandasnya.

Dijelaskan Tia, pada dasarnya para tenaga pengajar dalam menyampaikan materi, menginginkan setiap materi yang disampaikan bisa diterima dan dipahami dengan mudah oleh para peserta didik.

"Tapi yang saya jalani, cara yang digunakan tidak dengan memaksa," bebernya. "Mereka punya cara tersendiri agar kami paham dengan yang diajarkan, tapi kami sama sekali merasa terpaksa untuk itu," bebernya.

Termasuk perbedaan bahasa dan latar belakang budaya, menurut Tia, sejauh ini hampir tidak pernah menjadi hambatan bagi dirinya dalam menerima setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh para tenaga pengajar.

Tidak mengherankan, menurut Tia, sudah sekitar enam bulan berkuliah di kampus itu, ia merasa baru kemarin-sore menjalani hari-hari di AKPY dalam status sebagai.mahasiswi. "Waktu terasa begitu cepat berlalu," ungkapnya.

Salah satu dampak positif dari realitas yang ada itu, Tia menyebut dirinya tergolong cepat memahami materi yang diajarkan oleh para tenaga pengajar. "Karena sebagian besar pembelajaran diikuti dengan kondisi kejiwaan yang cukup mendukung," sebutnya.

Oleh karena berkuliah di AKPY itu pula, Tia mengaku  kini ia baru tahu bahwa dalam banyak kasus, persoalan kelapa sawit tidak segampang yang ia kira. "Banyak hal di sawit yang membutuhkan biaya besar," ungkapnya 

Semisal pembibitan, "Ternyata prosesnya tidak semudah seperti yang saya kira selama ini," ungkapnya. Banyak proses dan tahapan yang harus dilakukan sampai bibit dimaksud benar-benar dinilai sudah layak untuk ditanam.

Sebab, menurut Tia, kesalahan dalam proses pembibitan sampai sawit siap ditanami, taruhannya amat mahal. "Terutama pada angka produksi yang rendah," ujarnya. "Dan itu harus ditanggung dalam rentang waktu yang cukup panjang."

Ditawari oleh Kawan Ibu

Dilahirkan dan dibesarkan di Desa Bagan Batu, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Provinsi Riau, Tia sempat bekerja di kantor notaris di Bagan Batu selama sekitar setahun sebelum berkuliah di AKPY.

Menamatkan pendidikan menengah di SMA Negeri I Bangun Purba di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) di pronvinsi yang sama tahun 2023, usai itu Tia langsung bekerja di kantor notaris di daerah asalnya 

Menurut Tia, saat bekerja di kantor notaris itulah dia menerima informasi soal program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) -- belakangan berganti nama menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).

Saat bekerja di kantor notaris itu, menurut Tia, ibunya mendapat informasi dari kawannya tentang program beasiswa dimaksud. "Kawan Ibu itu bekerja di kantor koperasi sawit," ungkapnya.

Tia menyatakan kesediaannya untuk ikut tes karena program tersebut menawarkan banyak hal. Terutama, menurut Tia, biaya berkuliah yang ditanggung penuh oleh penyelenggara peogram, mulai dari pemberangkatan sampai dipulangkan kembali setelah usai menjalani pendidikan.

Tidak hanya sampai di sana, "Kita juga dijanjikan akan diberikan laptop." Yang lebih menarik lagi, "Kita juga akan disediakan peluang kerja sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki," katanya.

Terlepas dari semua kemudahan di atas, Tia kemudian juga berpikir bahwa kalau ia mendalami ilmu perkelapasawitan, dirinya seakan "kembali ke habitat". "Karena saya adalah anak seorang petani sawit," ujar anak ketiga dari empat bersaudara ini.

"Saya bersama Ibu dan tiga orang bersaudara dibesarkan oleh tanaman sawit," tambahnya. Oleh karena tanaman itu, sebut Tia, dia bersama Ibu dan saudara-saudaranya menikmati kondisi ekonomi yang lebih dari cukup 

Tidak berlebihan bila Tia mengatakan, "Saya bangga menjadi anak petani sawit." Kendati Tia juga tidak bisa menutupi kondisi sulit yang mesti dijalaninya, terutama ketika harga sawit sedang jatuh di pasaran 

"Tapi secara garis besar saya merasa diuntungkan sebagai anak yang orangtuanya menggantungkan sumber ekonomi dari tanaman kelapa sawit," sebutnya.

"Terimakasih, Ayah," kata Tia sejurus kemudian. Sosok itu Tia nilai telah melakukan langkah yang tepat dalam memillh sumber ekonomi bagi seluruh anggota keluarganya 

Tapi sosok itu, yang meninggalkan sekitar empat hektar kebun sawit bagi keluarganya, sudah lama tidak menikmati hasil jerihnya payahnya sendiri. "Ayah meninggal dunia pada tahun 2021 yang lalu," ujar Tia.

Memutuskan ikut tes program beasiswa sawit BPDPKS, Tia dituntut pintar-pintar membagi waktu mempersiapkan diri untuk menjalani serangkaian tes, baik tertulis, psikotes maupun wawancara.

Kegiatan belajar secara otodidak dilakukan Tia di sela kesibukannya bekerja di kantor notaris. "Tapi pada akhirnya saya dinyatakan lulus tes, dan ditempatkan berkuliah di AKPY," jelasnya.***
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS