https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Sempat Berhenti, Program Beasiswa Sawit BPDPKS Mengembalikan Dimas ke Dunia Akademis

Sempat Berhenti, Program Beasiswa Sawit BPDPKS Mengembalikan Dimas ke Dunia Akademis

Dimas Riyan Prayoga. Foto: Dok. Pribadi

INILAH saat terberat dalam hidup Dimas Riyan Prayoga, yaitu ketika harus menarik diri berkuliah dari sebuah perguruan tinggi negeri bersebab karena kendala keterbatasan biaya yang melilitnya.

"Sedih banget, Pak," kata Dimas --panggilan akrabnya-- melalui sambungan telepon, Senin (27/1/2025), mengenang saat harus meninggalkan kebersamaan di dunia kampus yang baru saja dicempunginya.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, menurut Dimas, tapi hal itu harus ia terima sebagai sebuah keniscayaan, suka atau pun tidak suka.

Menurut Dimas, saat memutuskan berhenti itu, ia baru sekitar tiga pekan menjalani perkuliahan di sebuah perguruan tinggi negeri di daerah asalnya dengan mengambil disiplin ilmu pertanian.

"Kendala biaya, Pak," ungkap Dimas, saat ditanya apa yang menjadi penyebab ia berhenti kuliah. Dijelaskan, orangtuanya menyatakan tidak sanggup lagi membiayai kuliahnya. "Saya hanya bisa manut saja," kenangnya.

Setelah menarik diri dari dunia akademis, menurut Dimas, oleh karena tuntutan keadaan juga ia harus masuk dunia kerja dengan bekal ijazah dan keterampilan yang sangat terbatas. "Terpaksa kerja serabutan," ungkapnya.

Berselang tiga bulan setelah memasuki dunia kerja, Dimas dikasih sebuah informasi berharga oleh salah seorang mantan gurunya perihal program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

"Terus terang saya tertarik untuk ikut," ujanya. Pertimbangannya, menurut Dimas, program yang ditawarkan itu adalah menyangkut ilmu perkebunan, sementara dunia akademis yang ditinggalkannya juga terkait bidang keilmuan yang sama.

Pertimbangan lain, menurut Dimas, karena program yang ditawarkan berlabel beasiswa, dipastikan akan banyak mendapat keringanan, terutama dari segi pembiayaan.

"Inilah yang saya cari selama ini," bisik hati Dimas kala itu. Sejujurnya, hati kecilnya menuntun Dimas untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi agar dirinya memiliki daya saing yang tinggi bila kelak memasuki dunia kerja.

Tapi, ditambahkan Dimas, tekad kuatnya itu dihadapkan dengan benturan keterbatasan biaya yang tidak pula bisa ia nafikan. "Pada akhirnya saya mengalah dengan keadaan karena tidak baik memaksakan sesuatu yang tidak mungkin," bebernya.

Menganggap program beasiswa sawit BPDPKS sebagai jalan yang baru terbuka bagi dirinya untuk mempersiapkan masa depan, ketertarikan untuk ikut program tersebut ditindaklanjuti Dimas untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya soal sawit melalui berbagai medium.

Kebetulan, menurut Dimas, di daerah asalnya, yaitu Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel); ada anggota masyarakat yang telah terlebih dahulu mengikuti program beasiswa sawit BPDPKS itu.

"Langsung saya sambangi orang itu," kata Dimas. Dari orang itu, menurut Dimas, ia menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai fasilitas dan kemudahan yang diterima kalau mengikuti program dimaksud 

"Saya juga menggali informasi soal rangkaian ujian yang harus dilalui, termasuk materi-materi yang akan diujikan," tambahnya.

Kegigihan Dimas belajar soal sawit, termasuk menggali informasi dari orang yang telah berpengalaman, pada akhirnya membuahkan hasil yang menggenbirakan.

"Alhamdulillah, baru satu kali ikut tes, saya dinyatakan lulus program beasiswa sawit yang diselenggarakan oleh BPDPKS," ujar Dimas lagi.

Capaian tersebut terang saja disambut gembira oleh orangtua dan saudara-saudaranya. Yang paling bergembira tentu saja Dimas karena keinginanannya untuk berkuliah yang sempat terhenti, kini bangkit lagi.

Dimas menyampaikan ucapan terimakasih kepada penyelenggara program beasiswa sawit yang didanai BPDPKS, yang memungkinkan dirinya kembali menjalani hari-hari di kampus dengan status sebagai mahasiswa.

"Karena adanya program beasiswa sawit dari BPDPKS, semangat saya kembali membara (untuk menuntut ilmu)," tulis Dimas. "Terimakasih kepada BPDPKS," tambahnya.

Membantu Orangtua

Ditempatkan berkuliah di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Jurusan Pemeliharaan Kelapa Sawit untuk program D1, dunia akademis yang kini tengah digeluti Dimas memberinya banyak harapan untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Anak kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan pada 29 Mei 2004 ini seakan dipacu oleh waktu untuk segera menyelesaikan pendidikan, dan untuk segera pula mengaplikasikan ilmu yang ia peroleh di bangku kuliah.

"Saya ingin meringankan beban orangtua," ungkapnya. Dijelaskan Dimas, dalam kapasitas sebagai pekerja biasa di perusahaan kelapa sawit di daerah asalnya, sang orangtua ia nilai cukup kewalahan, terutama untuk membiayai pendidikan anak-anaknya sampai ke tingkat yang layak.

"Saya berniat untuk mengambil sebagian peran itu, sebagai wujud pengabdian pada orangtua," sambungnya.

Dimas yakin mampu untuk itu. Baru sekitar lima bulan berkuliah di AKPY, Dimas mengklaim sudah cukup banyak ilmu dan pengetahuan tentang perkelapasawitan yang telah dikuasainya.

Ia mencontohkan soal pemupukan. Selama berkuliah di AKPY, menurut Dimas, ia sudah tahu tentang proses pembuatan pupuk organik, pupuk kimia, dan lainnya.

Dimas juga sudah tahu apa yang disebut dengan pupuk cair, pupuk padat, pupuk enzim, dan lainnya. "Termasuk dosis dan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan pupuk-pupuk itu," urainya lebih jauh.

Makanya, menurut Dimas, kalau kelak telah menyelesaikan pendidikan di AKPY, ia akan optimisme untuk bisa masuk ke dunia kerja. "Apalagi pekerjaan di sektor sawit sekarang ini sedang terbuka lebar," ujarnya.

"Doakan saja (diterima bekerja), ya," ujarnya, berharap.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS