https://myelaeis.com


Copyright © myelaeis.com
All Right Reserved.
By : Aditya

Berita > Persona

Iseng-iseng Berhadiah: Coba-coba Ikut Tes Program Beasiswa Sawit BPDPKS, Eh, Tidak Tahunya Lulus

Iseng-iseng Berhadiah: Coba-coba Ikut Tes Program Beasiswa Sawit BPDPKS, Eh, Tidak Tahunya Lulus

Suci Nabila Zais bersama rekan seangkatannya saat menjalani praktek sebagai mahasiswi AKPY. Foto: Dok. Pribadi

TIDAK selamanya pekerjaan yang dilakukan dengan tingkat keseriusan yang tidak penuh alias iseng-iseng tidak membuahkan sesuatu yang tidak mendatangkan faedah.

Suci Nabila Zais, salah contoh, telah telah membuktikan hal itu. Kelulusannya dalam program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) merupakan sebuah jalan hidup yang sama sekali tidak pernah direncanakannya.

"Dulu, mana kepikir olehku untuk berkuliah dalam bidang perkelapasawitan," ujar Suci --panggilan akrabnya-- melalui sambungan telepon, Jumat (24/1/2025) siang. "Mengenal sawit pun tidak begitulah."

Memang, di Desa Luwu Timur, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) --tempat Suci dilahirkan dan dibesarkan--,  orangtua Suci memiliki perkebunan kelapa sawit yang menjadi gantungan hidup bagi keluarganya.

"Tidak terlalu luas, hanya sekitar dua hektar," ungkapnya. Realitas yang terjadi pada keluarga Suci sama dengan sebagian besar warga sedesa, yang menjadikan sawit sebagai sumber utama nafkah keluarga.

Tapi hal itu ia anggap sebagai sesuatu yang lumrah-lumrah saja. Jalan orang untuk mencari nafkah buat mencukupi kebutuhan hidupnya diniscayakan berbeda. Tidak ada yang istimewa dalam konteks persoalan ini.

"Apa bedanya keluarga yang menggantungkan hidupnya dari tanaman padi, karet, dan lainnya?" ungkap Suci. "Apa bedanya pula mereka yang menjadikan peternakan atau perikanan sebagai mata pencarian utama?"

Suci semakin "berjarak" dengan tanaman kelapa sawit karena sebagian besar pendidikan formalnya dilalui di pondok pesantren, yang berarti ia harus meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu. Terakhir Suci mondok di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Magetan, Provinsi Jawa Timur (Jatim)

Tapi, menurut Suci, pada saat akhir akan menyelesaikan jenjang pendidikannya untuk tingkat SLTA di ponpes di Magetan itu, entah kenapa ada saja muncul dorongan yang kuat di dalam dirinya untuk mengetahui lebih jauh soal kelapa sawit.

"Saya kemudian bersilancar di Google untuk mengenal lebih jauh tentang sawit," kenangnya.

Diakui Suci, ia memang terlahir dan dibesarkan di tengah keluarga petani sawit. Desa tempat ia lahir juga merupakan perkampungan sawit. Tapi animonya yang rendah kala itu seakan menutup rasa ingin tahunya tentang tanaman perkebunan jenis yang satu ini.

Makanya, setelah menyelesaikan pendidikan di ponpes, untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi Suci mencari perguruan tinggi yang mengajarkan Bahasa Arab dan Industri Agro, dua bidang keilmuan yang paling diminatinya kala itu.

Beruntung, Suci menemukan lembaga pendidikan yang ia cari. Lebih beruntung lagi, setelah ikut tes di kedua lembaga pendidikan tinggi tersebut, Suci dinyatakan lulus dua-duanya.

Dinyatakan lulus pada dua jurusan yang diidamkan, ternyata belum membuat Suci berpuas diri. Tiba-tiba terbersit keinginan di hatinya untuk mencari program yang menyediakan fasilitas beasiswa terhadap mahasiswanya.

Salah satu pendorong untuk itu, menurut Suci, ia ingin berkuliah tanpa terlalu membebani orangtuanya. Maklum, selain Suci, masih ada sejumlah saudara yang harus dipikirkan sang orangtua kelanjutan pendidikannya 

Hasil pencarian Suci berlabuh pada program beasiswa sawit yang didanai oleh BPDPKS. Ini bidang yang tergolong asing bagi Suci kala itu. "Tapi apa salahnya dicoba?" bisik hati Suci.

Tanpa arahan dan bimbingan dari pihak mana pun, pada 2024 Suci memberanikan diri ikut program beasiswa sawit BPDPKS, tentu saja setelah mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Lagi-lagi nasib baik menghampiri Suci, karena untuk kelengkapan administratif ia dinyatakan lulus.

Setelah itu Suci menerima telepon dari pejabat Dinas Pertanian Kabupaten Luwu Utara yang menanyakan keseriusan Suci untuk ikut program tersebut 

Kepalang basah, dan didorong oleh rasa ingin tahu yang lebih dalam tentang sawit yang mulai tumbuh di dalam hatinya, dengan percaya diri Suci menyatakan keseriusannya untuk ikut program tersebut. Pada akhirnya Suci pun dinyatakan lulus.

Orangtua yang sebelumnya tidak diberi tahu tentang itu, jelas kaget dengan capaian yang baru saja diraih oleh anak kelima dari tujuh bersaudara itu. "Mereka tampak senang dan bahagia," kenang Suci.

Suci masih ingat ucapan Ayahnya, yang menyebut tidak semua orang yang bisa lulus untuk ikut program itu, dan hanya untuk orang-orang tertentu saja. "Mereka malah meminta nanti untuk membantu mendaftarkan adik-adik untuk ikut program yang sama," sebutnya.

Tidak sampai di sana, imbuh Suci, kedua orangtua --ditambah dengan saudara-saudaranya-- menyatakan mendukung Suci untuk memilih berkuliah di lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ilmu tentang perkelapasawitan.

Ditempatkan di AKPY

Oleh penyelenggara program, Suci kemudian ditempatkan di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) Jurusan Pembibitan Kelapa Sawit untuk program D1.

Apa yang dirasakan oleh gadis kelahiran 23 Juni 2004 ini setelah menjalani perkuliahan sekitar lima bulan di AKPY? "Rasa ingin tahu dan kecintaan saya terhadap tanaman sawit semakin besar," ungkapnya.

Terlepas dari kegunaan karena sawit merupakan tanaman multiguna, Suci menyebut tahapan pekerjaan di seputar kelapa sawit sampai komoditas itu bisa dipasarkan bukanlah rangkaian kegiatan yang tergolong sulit dan melelahkan.

"Asal tahu cara dan kuncinya, saya malah menilai rangkaian kegiatan di sekitar sawit sesuatu yang menyenangkan," imbuhnya.***

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS