
Adilla Diani Putri saat menjalani praktek dalam kapasitasnya sebagai mahasiswi AKPY Jurusan Pembibitan Kelapa Sawit. Foto: Dok. Pribadi
ADILLA Diani Putri saat ini menyimpan sebuah harapan besar: begitu usai magang, bisa langsung diterima bekerja. "Agar saya bisa segera mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah," ujarnya.
Sudah sekitar lima bulan menjalani perkuliahan di Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) di Yogyakarta Jurusan Pembibitan Kelapa Sawit untuk program D1, saat ini Dila --panggilan akrabnya-- bersama rekan seangkatan sedang mempersiapkan diri untuk menjalani program magang.
"Semua proses dan persyaratan magang sudah dilalui dan lengkap, termasuk perusahaan yang akan menerima juga sudah ada," kata Dila melalui sambungan telepon, Rabu (22/1/2025). "Dijadwalkan akhir Mei mendatang saya berangkat magang," ungkapnya
Dila akan magang jauh di Pulau Kalimantan sana, di sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit milik swasta nasional bernama PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA). "Kami akan magang selama tiga bulan," ungkapnya lagi.
Selain memperdalam ilmu, Dila juga punya target tersendiri dengan program magang yang akan dilaluinya di Pulau Kalimantan itu. "Saya punya harapan langsung diterima bekerja di perusahaan tersebut," bebernya.
Sebab, menurut informasi yang diterima, Dila mendapat kabar bahwa peserta program magang yang dinilai memenuhi persyaratan akan langsung direkrut untuk menjadi karyawan di perusahasn tersebut.
Itu artinya, menurut Dila, ia sejak sekarang dituntut mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar bisa menjalani program magang dengan baik, kelak diharapkan akan dilirik oleh manajemen perusahaan itu untuk direkrut menjadi karyawan.
Selain ingin meringankan beban orangtua, target cepat bekerja yang dipasang Dila juga didorong oleh hasrat yang kuat untuk cepat-cepat mengimplementasikan ilmu perkelapasawitan yang ditimba selama berkuliah di AKPY.
Kendati baru sekitar lima bulan mendalami ilmu perkelapasawitan di AKPY Yogyakarta, Dila mengklaim ilmu dan pengetahuannya tentang sawit sudah cukup mendalam. "Memang belum dalam-dalam amat," katanya.
"Dulu, saya tahu soal sawit hanya dari kulit luarnya saja, bahkan boleh dikatakan cuek dengan tanaman itu, kendati kami sekeluarga menggantungkan nafkah dari tanaman kelapa sawit," akunya.
Setelah menjalani perkuliahan, menurut Dila, ia tahu arti kelembaban dan PH tanah bagi tanaman sawit. "Saya sudah tahu bahwa sawit merupakan jenis tanaman yang sangat memerlukan kelembaban," ucapnya.
Tapi, diingatkan Dila, kelembaban yang diperlukan tanaman sawit untuk mendukung proses tumbuh dan berkembangnya tanaman itu hanya ditoleransi sampai batas-batas tertentu saja. "Kalau kelembabannya berlebih, diatasi dengan pemupukan," tandasnya.
Jalan Terbaik
Dilahirkan dan dibesarkan di Desa Lalang Kabun, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, pada 8 November 2001; Dila menilai mendalami ilmu perkelapasawitan seperti yang ia jalani saat ini sebagai jalan terbaik bagi hidup dan masa depannya.
"Sesuatu yang sebenarnya tidak terpikir oleh saya dahulunya," kenang Dila. Kendati Ayahnya bekerja sebagai security (tenaga pengamanan) di perusahaan perkebunan kelapa sawit di Pelalawan, dan keluarganya juga memiliki kebun sawit yang tidak terlalu luas, toh perhatian Dila terhadap tanaman itu biasa-biasa saja.
Buktinya, menurut Dila, setelah menamatkan pendidikan menengah di SMAN 5 Bengkalis di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, pada 2020 lalu, saat balik lagi ke kampungnya di Pelalawan, Dila bukannya menggeluti sawit
"Saya memutuskan untuk bekerja," ungkapnya. Dila kemudian diterima bekerja dan menjalani hari-hari sebagai karyawan show room kendaraan bermotor di Pangkalan Kerinci. Ibukota Kabupaten Pelalawan itu bisa ditempuh sekitar 20 menit dengan menunggangi sepeda motor dari kampungnya.
Setelah sekitar tiga tahun menjadi karyawan show room kendaraan bermotor, suatu hari di tahun 2024 lalu sang Ayah menyampaikan sebuah informasi berharga bagi Dila terkait kesempatan mengikuti program beasiswa sawit yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Ayah mendapat informasi itu dari rekan sekerjanya," kata Dila. Saat itu Ayah Dila menjadi security di PT Asian Agro di Pelalawan -- sejak dua bulan terakhir sudah pensiun.
Sang Ayah menyarankan Dila untuk ikut tes agar diterima untuk mengikuti program beasiswa sawit itu. Dasar berpikir sang Ayah sederhana: sudah sekian lama sang anak menjadi karyawan show room kendaraan bermotor, ia melihat nyaris tidak melihat perkembangan berarti dalam karier si anak
"Ayah melihat biasa-biasa saja." Yang terlebih lagi, seperti dikatakan sang Ayah pada Dila, ia tidak melihat proyeksi ke depan yang lebih baik dari jenis pekerjaan yang saat itu dijalani oleh puterinya.
Pernyataan sang Ayah mampu membangkitkan sebuah kesadaran di hati Dila. Lama direnung-inapkan, akhirnya Dila sampai pada sebuah kesimpulan, yaitu saatnya ia harus mencoba sesuatu yang baru, yang kemungkinan akan memberikan yang lebih baik bagi hidup dan masa depannya.
Dila kemudian mengikuti saran ayahnya dengan memutuskan untuk mencoba peruntungan ikut dalam seleksi masuk program beasiswa sawit yang didanai oleh BPDPKS tersebut.
Karena bertekad untuk lulus, Dila mengaku totalitas mempersiapkan diri. "Sekitar dua bulan saya belajar dan belajar," ungkapnya. Berbagai sarana dimanfaatkan Dila untuk itu, termasuk melalui You Tube.
Upaya dan kerja keras Dila pada akhirnya membuahkan hasil. Melalui serangkaian proses dan tes yang ia lalui, baik melengkapi persyaratan administratif dan tes wawancara, pada akhirnya Dila dinyatakan lulus.
"Saya seakan mendapat durian runtuh," begitu Dila menggambarkan kondisi kejiwaannya saat dinyatakan lulus sebagai peserta program beasiswa sawit yang didanai oleh BPDPKS.
Setelah dinyatakan lulus, Dila kemudian menjalani apa yang ia istilahkan "sesuatu yang di luar perkiraan." Dikatakan, sejak pemberangkatan dari Pelalawan sampai menjalani perkuliahan di AKPY Yogyakarta, ia menerima fasilitas yang jauh di atas cukup.
"Semuanya ditanggung oleh penyelenggara program," ungkapnya. Bahkan kewajiban yang dibayarkan penyelenggara kepada para peserta program, menurut Dila, di atas yang dibutuhkan.
Termasuk program magang ke Pulau Kalimantan pada akhir Mei mendatang, menurut Dila, pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh penyelenggara program, bahkan sampai ke urusan dan kebutuhan yang tergolong tetek-bengek sekali pun.***