
Pesawat milik Garuda gunakan bioavtur buatan Pertamina. foto: Pertamina
"Kita ditargetkan pada 2060 industri penerbangan sudah full bioavtur."
BAHAN bakar pesawat hingga kapal laut bakal menggunakan minyak sawit. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia mendukung hilirisasi sawit untuk menciptakan industri penerbangan dan perkapalan yang lebih ramah lingkungan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, saat ini Indonesia sedang berbicara dengan International Civil Aviation Organization (ICAO) terkait pembuatan dan pemakaian bioavtur.
"Kita ditargetkan pada 2060 industri penerbangan sudah full bioavtur. Oleh karenanya sejak awal dilakukan hilirisasi. Saya apresiasi dan kita harus berpikir ke arah situ. Hilirisasi tidak hanya di dunia industri, di sektor transportasi juga kita mengalami banyak tantangan," kata Budi dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (12/10).
Sejalan dengan upaya penggunaan bioavtur pada industri penerbangan, sambungnya, pada dunia pelayaran telah digunakan biodiesel 30 persen (B30). Harapannya, ke depan akan digunakan juga B100 sehingga bahan bakar lebih murah dan program tol laut dapat terbantu.
"Kita melakukan suatu pergerakan di mana pada awal mengumumkan tol laut, itu kurang dari 5 trayek. Sekarang sudah 39 trayek. Jadi ide Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla kami tindak lanjuti. Saudara kita di Indonesia timur sangat membutuhkan tol laut. Kalau bahan bakarnya lebih murah, pasti lebih baik. Karena lebih dari 59% cost kapal adalah solar," paparnya.
Sementara itu, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menilai hilirisasi sawit sangat penting karena dapat menghasilkan nilai tambah yang lebih baik dan tinggi.
“Ada rumusan sederhana bahwa untuk maju kita harus tanam, petik, olah, dan jual. Empat langkah ini harus berjalan. Jangan hanya 3 langkah tanam, petik, jual. Harus ada olahnya,” sebutnya.
Mantan Menteri Perindustrian, Saleh Husin juga menilai hilirisasi sawit bisa mencegah middle income trap.
"Jangan sampai sawit yang menjadi tulang punggung ekonomi kita ini nanti hanya tinggal nama. Kami sangat yakin di kemudian hari, dengan 42% lahan milik petani mandiri, kalau dipelihara dengan baik bisa ditingkatkan produksinya dan kita bisa capai target 100 juta ton pada 2045," pungkasnya.