
Ilustrasi ekspor CPO dari Sumbar. Foto: ksuspg.com
Peningkatan ekspor ini didorong oleh permintaan global yang terus meningkat,
SEPANJANG Agustus 2024 yang lalu, nilai ekspor produk turunan sawit asal Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, ekspor lima produk turunan sawit utama menunjukkan tren positif dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian daerah.
Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto, menjelaskan bahwa sektor kelapa sawit terus menjadi penopang utama ekspor komoditas dari Ranah Minang.
“Ekspor produk sawit dan turunannya pada Agustus 2024 menunjukkan kenaikan yang signifikan, terutama pada produk liquid fractions of palm oil dan crude palm oil atau CPO,” ungkap Sugeng dalam keterangan resminya, kemarin.
Sugeng menyebutkan, ekspor produk liquid fractions of palm oil (minyak sawit yang sudah dimurnikan namun belum dimodifikasi secara kimiawi dengan nilai iodine 55-60) mencatatkan ekspor sebesar USD 101,94 juta pada Agustus 2024, naik dari USD 57,44 juta di Juli 2024. Total ekspor komoditas ini untuk periode Januari-Agustus 2024 mencapai USD 586,84 juta.
Kemudian ekspor CPO (minyak sawit mentah) juga menunjukkan peningkatan dari USD 22,91 juta di Juli menjadi USD 45,44 juta di Agustus 2024. Akumulasi ekspor sepanjang tahun hingga Agustus mencapai USD 258,79 juta.
Selanjutnya ekspor produk refined palm oil (minyak sawit yang dimurnikan) turut berkontribusi dengan nilai ekspor USD 38,54 juta di Agustus, naik dari USD 21,16 juta pada bulan sebelumnya. Total ekspor dari Januari hingga Agustus 2024 sebesar USD 193,13 juta.
Sementara ekspor produk palm kernel shells (cangkang inti sawit), salah satu produk sampingan sawit yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar biomassa, menyumbang USD 8,85 juta pada Agustus 2024, meningkat dari USD 7,71 juta di Juli. Total ekspor hingga Agustus tercatat USD 53,06 juta.
Terakhir, ekspor produk oil-cake & solid residues of palm nuts or kernels, yang merupakan residu dari proses ekstraksi minyak sawit, mencatat ekspor sebesar USD 1,24 juta di Agustus 2024, turun dari USD 2,93 juta pada Juli, dengan total nilai ekspor sepanjang tahun sebesar USD 14,72 juta.
Sugeng Arianto menambahkan bahwa peningkatan ekspor ini didorong oleh permintaan global yang terus meningkat, terutama dari negara-negara tujuan utama seperti India dan Tiongkok.
“Kenaikan permintaan produk turunan sawit ini menunjukkan bahwa sektor kelapa sawit Sumbar memiliki daya saing tinggi di pasar internasional,” jelasnya.