"Proyeksi kenaikan harga minyak mentah dunia juga turut mendorong kenaikan harga CPO."

AKADEMISI dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin menyebutkan, kenaikan harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) pada pekan lalu dipicu oleh membaiknya harga minyak nabati lain yang menjadi pesaing CPO, seperti minyak kedelai, minyak jagung, dan lainnya  

"Harga CPO bahkan sempat ditransaksikan di level RM 3.760 per ton pada tanggal 17 September 2024, dan akhir pekan kemarin ditransaksikan di kisaran harga RM 3.950 per ton," ujar Gunawan di Medan.

Bila dilihat secara umum dari proses tender di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN), 
harga CPO mengalami kenaikan yang signifikan sepanjang pekan lalu.

Dalam catatan, Senin (23/9), tender PT KPBN sempat menghasilkan harga CPO yang naik ratusan rupiah per kilogram (Kg), bahkan akhirnya tembus ke level Rp 13.400 per Kg, 

Nah, kenaikan harga tersebut juga tertolong dengan kebijakan tarif yang lebih rendah untuk olahan sawit yang dikeluarkan pemerintah.

"Selain itu, proyeksi kenaikan harga minyak mentah dunia juga turut mendorong kenaikan pada harga CPO," ujar pengajar ekonomi syariah ini.

Gunawan bilang, sebetulnya harga CPO bisa naik lebih tinggi lagi, namun tertahan  oleh pelemahan mata uang US Dolar, sehingga Ringgit Malaysia (RM) dan Rupiah terpantau menguat.

"Sehingga tren kenaikan harga CPO di dunia akan ditekan oleh pelemahan US Dolar. Situasi ini akhirnya akan membuat harga sawit sulit naik," kata Gunawan Benjamin.

Akan tetapi Gunawan memperkirakan kalau tren kenaikan harga sawit tetap akan berlanjut nantinya, walau tetap akan dipengaruhi oleh perkembangan harga minyak nabati lainnya. 

"Sejauh ini, harga minyak pesaing CPO diproyeksikan juga akan terus naik, yang dipicu oleh  memburuknya cuaca sehingga mengganggu sisi produksi," tegas Gunawan Benjamin