Berita >
Sawit, Komoditas Utama Penopang Perekonomian Sumut

Ilustrasi perkebunan sawit di Sumut. Foto: bisnis.com
"Rebound ekonomi di negara-negara maju dan berkembang meningkatkan permintaan ekspor komoditas utama dari Sumut."
KEPALA Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Khoirul Muttaqien, perkebunan kelapa sawit merupakan penopang utama perekonomian di daerah itu.
Sebelummya kepada para wartawan di Medan, Rabu (24/7), Khoirul Muttaqien, menjelaskan ada sejumlah komoditas subsektor perkebunan yang menopang perekonomian Sumut.
Setelah perkebunan kelapa sawit, sambungnya, disusul karet dan kopi. "Rebound ekonomi di negara-negara maju dan berkembang meningkatkan permintaan ekspor komoditas utama dari Sumut, seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), karet, dan kopi," beber Khoirul.
Kata dia, peningkatan permintaan terhadap sejumlah komoditas perkebunan tersebut membantu menopang pertumbuhan sektor industri pengolahan dan perdagangan di Sumatera Utara.
Selain itu, ia menambahkan, pemulihan harga komoditas ekspor di pasar global juga memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi daerah, memperbaiki neraca perdagangan dan mendukung aktivitas ekonomi lokal.
Khusus untuk sektor industri pengolahan, termasuk yang berbasis kelapa sawit, Khoirul bilang OJK juga mencatat pertumbuhan yang kuat di Sumut sebesar 3,73 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
"Pertumbuhan (industri pengolahan komoditas -red) ini didorong oleh permintaan yang tetap tinggi dari pasar domestik dan internasional, yang mendorong peningkatan produksi di sektor ini," tutur Khoirul Muttaqien menjelaskan.
Terakhir, kata dia, khusus untuk sektor pertanian nonperkebunan di Sumut, juga mengalami akselerasi pertumbuhan dengan angka pertumbuhan sebesar 3,42 persen yoy pada triwulan I 2024.
"Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan produksi padi yang signifikan seiring dengan masuknya periode panen," tegas Khoirul Muttaqien selaku Kepala OJK Provinsi Sumut.
Beberapa waktu sebelumnya, Khoirul Muttaqien membeberkan bahwa keberadaan perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahannya mampu membuat sektor perbankan di Sumut semakin menguat.
Kata dia, gambaran tersebut terlihat jelas pada sektor perbankan di Sumut yang mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,26 persen secara yoy.
Pihaknya melihat situasi positif tersebut menandai terjadinya peningkatan kredit secara signifikan, terutama bila dibandingkan dengan pertumbuhan negatif 2,40 persen yoy pada tahun sebelumnya.
Khoirul Muttaqien mengatakan, penyaluran kredit didominasi oleh kredit produktif, yang mencapai Rp 186,06 triliun atau 69,76 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan sebesar 5,06 persen yoy.
Pertumbuhan dari sektor tersebut, ungkap Khoirul Muttaqien, berasal dari peningkatan subsektor pengolahan minyak goreng, yang bertumbuh signifikan sebesar 22,50 persen yoy.