
Puluhan peserta lokakarya atau workshop "UMKM Berbasis Sawit" yang digelar di Grand Mulia Hotel, Kisaran, Rabu (26/6/2024), memperhatikan Surono selaku pelaku usaha lidili sawit. Foto: Hendrik
"Kendala pelaku UKM binaan kami adalah pada pemasaran produk."
PESERTA pelatihan seperti tidak percaya ketika mengetahui problem utama bisnis lidi sawit bukan pada proses pengolahan, melainkan saat pemasaran produk.
"Bulan lalu, Mei 2024, tak ada satu pun pesanan datang terhadap produk-produk lidi sawit saya. Ya, saya ini sekarang berkreasi kalau ada pesanan datang," ucap Surono.
Surono pada Rabu (26/6) malam itu sedang memberikan pelatihan pengolahan lidi sawit menjadi berbagai produk kerajinan tangan kepada puluhan petani dari berbagai kabupaten di Sumut
Pelatihan itu dilaksanakan dalam sebuah lokakarya atau workshop "UMKM Berbasis Sawit" yang digelar di Grand Mulia Hotel, Kisaran dari mulai pagi hingga malam hari..
Kegiatan tersebut diadakan oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspek-PIR) Indonesia bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Kalau lidi sawit saya olah terus tetapi pesanan tidak ada atau rendah, ya ujung-ujungnya barang kreasi lidi sawit saya bisa menumpuk," kata Surono yang saat itu didampingi salah satu anak lelakinya.
Novrida Lasmaria Sitorus selaku Kepala Bidang (Kabid) Mikro pada Dinas UMKM dan Koperasi Kabupaten Asahan yang turut hadir di acara itu membenarkan apa yang disampaikan Surono.
"Kendala yang dihadapi pelaku UKM binaan kami adalah pada pemasaran produk. Selain itu, Surono juga menghadapi kendala pendanaan," kata perempuan yang akrab disapa Novra ini.
Pihaknya pernah memberikan bantuan dana pembinaan sebesar Rp 5 juta kepada Surono, tetapi setelah itu tidak ada lagi anggaran yang bisa dialokasikan untuk membantu Surono.
Novra bilang pengrajin lidi sawit seperti Surono ini membutuhkan kesadaran masyarakat, termasuk pelaku usaha kuliner tidak berkuah di kota Kisaran.
"Tujuannya adalah agar pengusaha kuliner di Kisaran mau memakai produk-produk jadi seperti piring lidi sawit," ucapnya lagi.
"Hal ini perlu dilakukan mengingat sampai saat ini belum ada regulasi dari Pemkab yang mewajibkan pelaku usaha kuliner membeli dan menggunakan piring berbahan lidi sawit
Untuk itu, Novra berharap ada peran besar dari BPDPKS dan Aspek-PIR Indonesia untuk membangkitkan kerajinan lidi sawit di Asahan, termasuk yang digeluti Surono.
Novra berharap Surono bisa seperti Rumah Tamadun, pelaku UMKM lidi sawit di Provinsi Riau yang berhasil dibantu BPDPKS sehingga banyak kreasi berbahan lidi sawit dipesan oleh KBRI di Pakistan.
Menanggapi hal itu, Ketua DPD I Aspek-PIR Indonesia cabang Sumut Syarifuddin Sirait mengaku prihatin dan berupaya menggalang kolaborasi agar UMKM lidi sawit di Kisaran bisa terus berkembang.
Sekretaris Umum DPP Aspek-PIR Indonesia ini bilang kolaborasi tersebut bisa saja dibangun dengan BPDPKS dan Dinas Koperasi dan UKM Sumut yang saat ini dipimpin oleh Naslindo Sirait.